Wednesday, May 14, 2008

25 TAHUN SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA LABUAN BAJO


I. DASAR PERTIMBANGAN :


Usia 25 tahun bagi sebuah lembaga pendidikan bukanlah waktu yang pendek.Karena itu patut dipatri sebagai hari bersejarah. Dan buku adalah salahsatu wahana terbaik dan terindah untuk menandai hal itu. Rencanapenerbitan buku ini mengerucut setelah para alumni SMAK St. IgnatiusLoyola Labuan Bajo yang berada di Jakarta berdiskusi panjang lebar tentangsumbangan yang dapat diberikan para alumni pada pesta perak almamatertercinta.


Para alumni sepakat, SMAK St. Ignatius Loyola labuan Bajo adalahsekolah terkemuka dengan kualitas lulusan yang mampu bersaing denganlulusan sekolah terbaik lain di negeri ini.Namun apakah citra seperti itu tetap terjaga hingga saat ini?


Pertanyaanitu tentu tidak mudah dijawab. Karena itu, para alumni yang tergabungdalam wadah KAIL (Kekerabatan Alumni Ignatius Loyola Labuan Bajo) sepakatuntuk mengemas isi buku kenangan ini dengan menggali kembali semangat awalSMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo dan coba menghadirkan tantanganpersaingan global untuk kemajuan SMAK saat ini.II.


TUJUAN :


1. Membangkitkan rasa hormat dan pengharagaan kepada para pendahyku yangtelah berjasa dan bersusah payah melahirkan dan membesarkan SMAK St.Ignatius Loyola Labuan Bajo.

2. Membangun hubungan baik antara almamater dengan para alumni, demikemajuan SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo.

3. Meningkatkan kecintaan dan kepedulian serta rasa bangga para alumni dancivitas akademika terhadap almamater.III.


ISI BUKU


Berdasarkan pertimbangan dan tujuan di atas, maka isi buku kenangan yangakan diterbitkan adalah sebagai berikut :

1. KATA PENGANTARMengantar pembaca ke isi buku ini. Mengapa KAIL membuat buku, kisah sampaibuku bisa rampung, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telahmemberikan kontribusi dalam penerbitan buku ini.

2. SAMBUTAN BUPATI MANGGARAI BARAT.
Apresiasi Bupati terhadap peran penting SMAK St. Ignatius Loyola bagiManggarai Barat, serta harapannya ke depan. Pak Bosco Nambut akanmenjembatani bagian dengan Bupati Manggarai Barat.

3. SAMBUTAN REKTOR SMAK ST. IGN. LOYOLA LABUAN BAJO
Kondisi SMAK saat ini, arti penting pesta perak, serta semangat baru yanghendak dibangun untuk meningkatkan kualitas lulusan SMAK serta peransosial SMAK bagi Manggarai Barat, khususnya labuan Bajo.

4. CIKAL BAKAL SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA LABUAN BAJO
SMAK sebelum ditangani SVD Ruteng. Siapa saja yang terlibat dalampendirian, dasar pertimbangan awal pendirian sekolah, cita-cita besar yangmau dicapai, situasi Labuan Bajo saat gagasan pendirian sekolah muncul,dan mengapa kemudian diserahkan kepada SVD Ruteng. Pak Paulus Musa sebagaiKetua Yayasan SMAK pra-SVD telah bersedia untuk memberikan data danmenulis kisahnya.

5. VISI DAN MISI SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA LABUAN BAJO
Yang mau ditekankan pada bagian ini tidak hanya formulasi visi dan misi,tetapi sedikit latar belakang perumusan visi-misi serta refleksi atasimplementasi atau konsistensi pelaksanaan visi dan misis tersebut. Karenaitu, para alumni meminta kesediaan Pater John Salu, SVD untuk menulisbagian ini. P. John Salu adalah rektor pertama SMAK yang tahu persistentang hal itu, dan bagaimana ia melihatnya saat ini.


6. MENGENDUS JEJAK PARA PELETAK SEMANGAT
Para peletak semangat yang dimaksudkan di sini adalah Pater John Salu SVDdan Alm. Pater Martinus Toke, SVD yang menjadi "duet maut" saat SMAKmemasuki babak baru dengan hadirnya Seminari Yohanes Paulus II LabuanBajo. Filosofi yang sangat mengental dan menjiwai kehidupan SMAK danSeminari saat itu adalah "Dua tapi satu, Satu tapi dua" serta "DilarangMati" yang menanamkan semangat kerja kita semua. Filosofi itulah yangmembuat kehidupan sosial maupoun ekonomi SMAK maupun Seminari saat itupenuh gairah. Kita percayakan bagian ini untuk ditulis Pak Bosco Doho danArdi Ruman.


7. PERAN PENTING SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA DALAM PENDIDIKAN DI MANGGARAI
Bagian ini lebih fokus pada kualitas pendidikan di SMAK yang bisa diukurdari output-nya. Antara lain, persentase lulusan setiap tahun, kualitaslulusan SMAK yang mengabdi di Manggarai, serta peran SMAK dalammenghadirkan keselarasan hidup masyarakat Manggarai Barat yang multi etnikdan agama. Penulis bagian ini masih dicari. Beberapa tawaran sudah kitasampaikan kepada Pater Provinsial SVD Ruteng, Pater John Salu di Kupangdan Pak Rio Syukur di Jogja.


8. QUO VADIS SMAK ST. IGNATIUS LOYOLA?
Bagian ini akan mengupas bagaimana seyogyanya SMAK mengemas pendidikansesuai dengan tantangan global saat ini. Para alumni percayakan Pak RioSyukur untuk menulis bagian ini.9. MASA DEPAN ASET-ASET SMAK ST. IGNATIUS LOYOLAAset-aset seperti tanah baik di Labuan Bajo, Nggorang, Gorontalo tidakbisa diabaikan begitu saja dalam mempersiapkan masa depan SMAK. Bukan sajamasalah pengelolaanya agar bisa menghasilkan sesuatu bagi keberlangsunganhidup SMAK, tetapi juga aspek legal yang perlu diperjelas sejak dini. PakDomi Darus akan mengupas masalah ini dari perspektif hukumnya.


10. NOSTALGIA PARA ALUMNI
Kisah para alumni, termasuk para guru senior yang mungkin sudah keluardari SMAK karena satu dan lain hal. Kisah tersebut dipaparkan secara bebasoleh semua alumni.

Tuesday, May 13, 2008

Qui Bene Cantat Bis Orat


”Tulisan ini lahir dari refleksi musical saya atas Tradisi latihan kor / latihan nyanyi di SMAK St. Ignatius Loyola / Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo periode 1991-1994).

Pengalaman itu masih membekas dan menjadi modal dalam meniti karir sebagai pendidik di Metropolitan Jakarta.”


Lonceng tanda waktu dimulainya latihan nyanyi sudah dibunyikan. Tiap-tiap orang meninggalkan kelas, kamar tidur ataupun beranda dibawa pohon Bidara untuk bergegas menuju Kapela, tempat berlangsungnya kegiatan latihan nyanyi mingguan yang terjadi pada setiap hari Rabu sore dan Sabtu Sore. Pada dua hari ini, khususnya pada hari Sabtu sore para siswa diajak untuk berlatih, menyanyikan lagu-lagu yang akan digunakan dalam kebaktian hari Minggu keesokan harinya.


Kegiatan ini memang dianggap kegiatan rutin para siswa; namun bukan hanya rutinitas biasa akan tetapi rutinitas yang menimbulkan efek musikal bagi bara siswa dalam bermusik. Seperti itulah yang dirasakan oleh Penulis saat ini ketika memori latihan nyanyi mingguan itu di flasback lagi. Sebuah pengalaman yang unik, menarik dan membekas.


Pengalaman musikal yang didapat belasan Tahun lalu itu menjadi modal penulis dalam meniti karir sebagai pendidik (Guru)di Salah satu Sekolah Katolik di Jakarta Selatan. Penulis sendiri bukan jebolan sekolah musik, tetapi bisa mengampuh pelajaran Seni Musik. Kadang siswaku bertanya Bapak tamatan sekolah musik Mana? ISJ, ISI atau sekolah musik mana?

Aku hanya tersenyum dan berkata. Aku belajar musik saat SMA. Di perguruan tinggi aku belajar sendiri. Aku tak punya ijaza musik, tapi bisa bermusik. Sesuatu yang aneh dan langka bagi kalangan siswa di Ibukota seperti Jakarta.


Kalau di Jakarta, Orang bermusik atau bisa bermusik karena mereka belajar khusus musik, kursus musik, kursus vokal. Di sekolah mereka hanya mendengarkan sedikit materi dan trik dalam bermusik; sedangkan selanjutnya mereka belajar di tempat-tempat kursus. Salah satu hal yang membanggakan saya hingga kini adalah kemampuan kita dalam bermusik, khususnya feeling musik.


Pada umumnya, rata-rata orang Indonesia Timur mempunyai feeling musik yang cukup tinggi. Kita bisa mempelajari lagu atau akord musik dari hanya mendengarkan lagunya dan dengan sendirinya yang bisa bermain Guitar dapat mengiringinya. Sesuatu hal yang mencengangkan orang, semisal anak-anak Jakarta.

Mereka bisa mengiringi sebuah lagu kalau ada teks musiknya. Itulah sebuah pengalaman yang amat berharga dari pengalaman berlatih bernyanyi di SMAK / Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo.


Sedikit memori masa lalu. Ketika saya mengenyam pendidikan di Seminari / SMAK St. Ignatius Loyola tahun 1991-1994 ada waktu khusus sepanjang minggu dimana kami berlatih bernyanyi / bermusik. Walaupun bukan musik Klasik, akan tetapi hal itu masih membekas dalam diri saya.


Setidaknya saya mengerti dan memahami musik, khususnya membaca notasi musik (Not angka) dengan baik dan benar. Suatu hal yang sulit diperoleh dan di dapat oleh siswa seumur saya di sekolah lain di Labuan Bajo. Latihan bermusik kala itu tidak hanya sebatas menyanyikan / berlatih lagu-lagu gereja untuk keperluan liturgis tetapi juga lagu-lagu POP untuk Band yang kebetulan kala itu saya adalah salah seorang personilnya.

Pokoknya SMAK dikenal masyarakat dengan Paduan Suaranya, dengan Bandnya, dengan Marcing Bandnya. Pengaruh musik gereja begitu besar sehingga siapapun yang mengenyam pendidikan di SMAK St. Ignatius Loyola pasti bisa membaca not/menyanyikan not serta membidik not.


Musik adalah harmoni.


Musik dan harmoni adalah dua hal yang saling bersinggungan. Dalam musik dibutuhkan harmoni atau keteraturan. Musik butuh disiplin. Disiplin dalam berlatih dan berolah vokal. Harmoni dalam musik dapat diejawantahkan dalam pergaulan. Sebagai mahkluk sosial manusia butuh sesama dalam hidupnya. Dalam masyarakat yang majemuk, seperti Indonesia negara yang kita cintai ini, betapa harmoni dan keteraturan itu sangat dibutuhkan.


Ada pepatah India kuno mengatakan, Harmoni dalam hidup itu diumpakan dengan senar Guitar atau tuts piano. Tiap-tiap senar atau tuts itu memiliki tone atau nada-nada yang berbeda. Akan tetapi kalau dipadukan dan dibunyikan secara bersama-sama akan menghasilkan suatu bunyi yang harmonis.


Analogi harmoni dalam kehidupan dengan musik ini tentu bermanfaat bagi hidup kita. Dalam budaya bhineka tunggal ika, bangsa kita mengakui keberagaman itu sebagai kekayaan bangsa yang tiada taranya. Pengalaman musikal yang diperoleh di SMAK St. Ignatius Loyola dan Seminari Yohanes Paulus II Labauan Bajo mengajarkan saya akan pentingnya keteraturan dalam hidup seumpama keteraturan atau harmoni dalam musik.


Patut disadari bahwa musik tidak saja berfungsi sebagai penghibur masyarakat; akan tetapi musik juga menunjukkan identitas suatu masyarakat. Musik menjadi spirit, musik sebagai sarana komunikasi dan pemersatu masyarakat selain bahasa. Selain itu musik juga menjadi sarana perdamaian.


Berbicara tentang musik dan masyarakat menghantar kita pada pencarian akan makna musik bagi masyarakat. Jelas bahwa musik adalah sarana hiburan bagi manusia; apapun jenis dan karakter musiknya. Entah itu musik pop, musik daerah, musik klasik dan bahkan musik kontemporer.

Musik Gereja versus Musik POP


Patut disadari pula bahwa berbicara tentang perkembangan musik zaman sekarang tidak terlepas dari musik zaman dahulu. Tak dapat disangkal bahwa musik pada tempat pertama dalam sejarah perkembanganya tidak lari jauh dari budaya atau kultur Gereja. Karena itu banyak musikus besar, Seperti Beehoven, Handel dan Vivaldi justru lahir dari Eropa yang nota bene kuat akan pengaruh Gereja.


Lagu-lagu gereja gubahan musikus besar seperti Lagu-lagu Gregorian dan lagu-lagu ordinarium Misale Romawi adalah contoh dari betapa musik Greja menjadi basis perkembangan musik sepanjang masa.


Maka bersyukur dan berterima kasihlah kalau pada saat SMA, kita mendapat kesempatan untuk berlatih dan menyanyikan lagu-lagu gereja dan memiliki waktu khusus untuk itu. Itulah hebatnya SMAK St. Ignatius Loyola / Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Tapi Entahkah hal ini masih tetap di teruskan hingga kini?


Kalau masih dijalankan syukur; akan tetapi jika tidak, paling tidak tulisan ini menjadi sebuah memori yang patut untuk didengungkan kembali untuk dimaknai lagi secara baru.Ketika dunia pendidikan kita berada pada tapal batas perubahan, mungkinkah kita bisa menghadirkan kembali memori kejayaan masa lalu?


Aku Masih ingat, Tat kala Gereja Katolik Manggarai merayakan Pesta Yubelium Agung 80 Tahun hadir di Manggarai tahun 1992 atau tahun 1993 Paduan Suara gabungan Antara SMAK St. Ignatius , SMA Negeri Komodo dan Umat Paroki Roh Kudus Labuan Bajo, Instrumen pengiring Paduan Suara itu adalah Anak-anak SMAK St. Ignatius Loyola dan Anak-anak Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Waktu itu, Filosofi dua tapi satu, satu tapi dua sungguh melekat erat di dalam sanubari siswa-siswinya.


Pada kesempatan ini juga kita patut mengancungkan jempol kepada Musikus kawakan SMAK St. Ignatius Loyola dan Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo, P. Patris Meko, SVD. Dari tangan dialah, musikus-musikus baru lahir dari Labuan Bajo melalui usaha dan kerja kerasnya menanamkan jiwa musikal dalam diri peserta didiknya melalui Latihan Nyanyi Greja di Kapel Arnoldus Labuan Bajo. Terima kasih Pater Patris........... Semangatmu membangkitkan gelora musikal dalam diri saya.


Gereja dan Musik Klasik


Ketika mengenayam pendidikan di Seminari Yohanes paulus II Labuan Bajo, aku tidak terlalu ”in” dengan musik Klasik. Maklum Mendengar musik Klasik saja aku jarang. Aku Hanya tahu dan mendegar kata ”Musik Klasik” dari buku-buku ensiklopedia musik dan buku-buku musik yang ada diperpustakaan dan juga dari koleksi Pater Patris.


Walaupun demikian, Bukan berarti khasana musik Klasik tidak serta merta tercerabut dari konteks pendidikan di SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo. Kenapa saya katakan demikian, karena melalui lagu-lagu gereja terbersit aroma klasik didalamnya.


Kalau sekarang orang semakin gencar memburu musik klasik karena membawa efek perubahan psikologis bagi perkembangan anak; maka kini aku dengan bangga mengatakan bahwa bukan hanya musik klasik saja yang membawa pengaruh besar dalam kehidupan manusia zaman ini; akan tetapi musik gereja punmembawa pengaruh besar dalam hidup manusia.


Karenanya, jangan sis-siakan kesempatan untuk berlatih dan menyanyikan lagu-lagu gereja apalagi lagu-lagu Gregorian dan lagu-lagu latin. Karena musik yang sesungguhnya ada di sana. Akhirnya,” Bach Gave us God,s word’s, Beethoven gave us God’s fire, Mozart gave us God’s Laughter, God Gave us Music so that we may pray without word.” Sungguh kata-kata sang bijak ini memberikan spirit dalam memaknai hidup. Musik dapat mengisi kekosongan sisi ruang batin seseorang dalam hidup. Selamat bermusik...!!


*
Romoaldus Kahardi,S. Fil. Alumni angkatan ke-5 Seminari Yohanes paulus II Labuan Bajo, menyelesaikan pendidikan tinggi di STFK St. Paulus Ledalero, kini menjadi staf pengajar di Charitas Senior High School Jakarta.

About This Blog

  © Blogger template 'Blissful View' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP